Forum Diskusi Bola bertema Status Khusus Pemain Naturalisasi di Liga Indonesia bersama Ronald Fagundez, mantan pemain PSIS Semarang, Marco Gracia Paulo, Deputi Sekjen PSSI, Azrul Ananda, Presiden Klub Persebaya Surabaya. (Persebaya)
Presiden Persebaya Jadi Pembicara di Tabloid Bola

Tim-tim Lain Pikirkan Naturalisasi, Persebaya Fokus Pemain Muda

NATURALISASI sejumlah pemain asing yang terus berlangsung di sepak bola tanah air, mengundang banyak kata tanya para pemerhati sepak bola nasional. Bagi mereka, naturalisasi pemain tidak lebih dari dua sisi mata pisau. Bisa meningkatkan kualitas tim, namun di sisi lain, menghambat bahkan membunuh regenerasi sepak bola dalam negeri. 

Presiden Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, memilih realistis dalam melihat fenomena naturalisasi pemain asing yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh sejumlah klub tanah air. Sebab, menurut dia, untuk mengejar prestasi, kehadiran pemain naturalisasi sejatinya membantu klub untuk mencapai target yang mereka inginkan. Namun, tapi negatif untuk tujuan pembinaan. 

"Meski saat ini tidak menggunakan pemain naturalisasi, namun kami tidak anti-naturalisasi," kata pria berusia 40 tahun itu singkat. "Karena fokus kami memang pada pembinaan usia muda. Buktinya, mayoritas pemain Persebaya saat ini rata- rata di bawah usia 24 tahun. Kami juga memiliki klub di Liga 3 bernama PS Kota Pahlawan untuk menampung pemain-pemain U-23," jelasnya. 

Azrul menyampaikan pandangannya itu saat menjadi pembicara di kantor Redaksi BOLA, Jakarta, siang kemarin (20/3). Media yang konsisten memberitakan sepak bola nasional dan internasional itu memang secara rutin menggelar forum diskusi. Kali ini, tema yang mereka angkat, adalah, "Status Khusus Pemain Naturalisasi Di Liga Indonesia".

Azrul hadir sebagai pembicara utama dalam diskusi yang berlangsung selama dua jam yang disesaki oleh puluhan audens itu. Selain dia, ada juga mantan pemain asing asal Uruguay, Ronald Fagundez  serta Marco Garcia Paulo, salah satu deputi sekjen PSSI juga hadir sebagai pembicara. Marco menggantikan Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria yang berhalangan hadir karena sedang melawat bersama Timnas U-23 di Singapura. 

Menurut Azrul, saat masih menjadi komisioner liga profesional basket tanah air selama 5 musim, dia juga mengalami hal serupa dengan di sepak bola. "Kami memutuskan untuk memangkas semua cara cara instan itu. Hasilnya, tim basket Indonesia bisa meraih medali perak di SEA Games 2015 lalu. Intinya, proses tidak pernah menghianati hasil," tegas ayah tiga anak itu. 

Sementara itu, Marco mengatakan, total sudah ada 14 pemain asing yang sudah berganti kewarganegaraan setelah Cristian Gonzales rela melepaskan kewarganegaraan Uruguay-nya pada 2010 silam. Terbaru, Esteban Vizcarra, gelandang serang Sriwijaya asal Argentina yang baru mendapatkan kewarganegaraan Indonesianya. "Tapi, kami akan membuat regulasi yang memperketat naturalisasi ini," kata Marco. 

Di sisi lain, Ronald Fargundez menambahkan, Indonesia harus lebih bijak lagi saat melakuka naturasliasi peamain asing. Sebab, lanjut dia, mayoritas pemain naturalisasi saat ini tidak memiliki skil bagus. "Kualitas pemain naturalisasi tidak jauh berbeda dengan pemain lokal. Saran saya, kalau mau naturalisasi pemain, sebaiknya mengambil pemain seperti Radja Nainggolan di AS Roma," ucapnya. (*)

BERITA LAINNYA