KESULITAN: Winger Persebaya Ricky Kayame dihadang kiper Persatu, Dedi Haryanto saat bertanding dalam kompetisi Liga 2 di Stadion Lokajaya, Tuban, kemarin (28/9). Pertandingan berakhir imbang tanpa gol. (Foto: Angger Bondan/Jawa Pos)

Tuntaskan di Laga Pemungkas

PERPADUAN rotasi pemain inti, tanpa dukungan Bonek, angin yang kencang, dan lapangan yang tidak rata menjadi penyebab kegagalan Persebaya Surabaya pulang dengan tiga angka. Mereka tertahan tanpa gol oleh tuan rumah Persatu Tuban di Stadion Lokajaya, Tuban, kemarin.

Padahal, kalau bisa pulang dengan tiga angka, klub berjuluk Green Force itu bisa mengunci juara grup 5 Liga 2. Sebab, sehari sebelumnya, Martapura kalah oleh Persepam Madura Utama 2-4 (27/8). Dengan situasi itu, agar aman, Persebaya harus menang atas tamunya, Persinga Ngawi, pada laga pemungkas (14/9).

Pelatih Persebaya Angel Alfredo Vera melakukan rotasi pemain dalam laga kemarin. Ada beberapa pemain inti yang absen karena cedera, ada pula yang sengaja diistirahatkan. Untuk kali pertama, pelatih asal Argentina itu memainkan trio Papua sebagai starter.

Kalau biasanya hanya Fandry Imbiri yang turun starter mengisi jantung pertahanan, kemarin Nerius Alom dan Ricky Kayame mendapatkan kesempatan pertama bermain inti. Fandry tetap stabil seperti biasa, Nerius beberapa kali melepas umpan terbosan berbahaya, dan Ricky belum sepenuhnya padu.

Selain Nerius dan Ricky, ada pemain lain yang kali pertama mendapat kesempatan bermain inti sekaligus full time selama 90 menit, yakni Mei Handoko Prastiyo. "Pemain harus diberi kesempatan. Ada banyak faktor yang menyebabkan mereka tampil kurang bagus. Evaluasi harus dilakukan bersama-sama," ujar Alfredo.

Selama ini, Persebaya terbiasa dengan lini tengah yang dihuni Misbakus Solikin, Abu Rizal Maulana, dan M. Hidayat. Alhasil, gaya bermain yang ditampilkan berbeda. Lebih banyak serangan dari tengah melalui umpan terobosan yang rajin dilepas Nerius ketimbang serangan cepat dari sayap yang dihuni Irfan Jaya dan Ricky.

Persatu yang menumpuk pemain di lini tengah dan bertarung di sana membuat Persebaya mengalami kesulitan. Dengan skema 4-2-3-1, Persatu menugasi Dhanu Rosadhe dan Rossi Akbar sebagai double pivot. Mereka bagus dalam perebutan bola dan tak segan bertarung keras untuk membendung kreativitas Persebaya.

Hasilnya cukup efektif. Selain beberapa kali melakukan serangan balik yang sempat membahayakan gawang Persebaya yang dikawal Miswar Saputra, mereka membuat daya dobrak Persebaya menurun. Tercatat, hanya enam tembakan yang dilepas Persebaya dan hanya dua yang tepat sasaran.

Ada satu momen emas yang dimiliki Persebaya melalui kolaborasi duo Papua, Nerius dan Ricky. Pada akhir babak pertama, Nerius melepas umpan terobosan di antara pemain belakang Persatu dan mampu dikontrol dengan baik oleh Ricky. Sayang, sepakan mantan pemain Persipura itu masih bisa ditepis kiper Dedi Haryanto.

Di sisi lain, pelatih Persatu Edi Sudiarto sangat menyayangkan pemainnya yang beberapa kali membuang peluang. Tercatat, mereka melepas 10 tembakan dan 7 di antaranya tidak menemui sasaran. "Pemain kurang tenang dalam finishing. Terlalu buru-buru melepas tembakan. Tetapi, kiper (Persebaya) Surabaya juga bagus. Itu semakin menyulitkan kami," ujarnya. (dit/c19/ham)

Story provided by Jawa Pos

BERITA LAINNYA