Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi didampingi Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rasma Toyce dan Azrul Ananda saat memberangkatkan Bonek. (Persebaya)

Budayakan Lagi Tradisi Tret Tet Tet

Bagi Bonek, suporter Persebaya, jauhnya jarak bukan hambatan untuk mendukung langsung tim kebanggaan Kota Pahlawan itu. Termasuk saat Persebaya menjalani laga away ke kandang PSIS Semarang malam ini (29/3), jarak lebih dari 350 km menuju Stadion Jati Diri bukan halangan.

Dipastikan kuota 1.000 tiket untuk Bonek diserap habis. Sebanyak 500 tiket di antaranya diborong Bonek yang berangkat bersama dengan bus carteran. Sisanya diserap Bonek yang ada di kawasan Jawa Tengah maupun yang naik moda transportasi lain. Nah, berangkat bareng nonton away dengan kendaraan carteran itu dikenal dengan istilah Tret Tet Tet.

Bonek yang berangkat ke Semarang Tret Tet Tet itu diberangkatkan langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Balai Kota siang tadi (29/3). Hadir pula Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Pasma Royce, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Herlina, juga Azrul Ananda.

”Hari ini kita buktikan bahwa Bonek yang membawa nama Persebaya dan Surabaya mempunyai identitas. Nonton pertandingan yang baik tidak ada kerusuhan. Akan kita mulai dengan mulainya tradisi Tret Tet Tet ini,” kata Eri Cahyadi.

Berangkat bersama nonton laga away Persebaya dengan kendaraan carteran sebenarnya adalah tradisi lama Persebaya. Sejak akhir 80-an. Dulu salah satu inisiatornya adalah ayah Azrul Ananda, Dahlan Iskan, yang ketika itu juga menjadi pengurus Persebaya. Istilah yang dipakai away bareng saat itu Tret Tet Tet.

Tret Tet Tet adalah kultur yang membanggakan bagi Bonek ketika itu. Dikenal militan, mau mengorbankan apa saja termasuk uang untuk Persebaya. Tidak hanya bus, ketika itu sampai ada rombongan Bonek yang Tret Tet Tet dengan nyarter pesawat.

Namun, tradisi baik itu sempat memudar beberapa tahun terakhir. Tret Tet Tet memudar, lalu muncul tradisi baru yang kurang baik dan membahayakan yaitu estafet. Membahayakan karena kendaraan yang ditumpangi bukan kendaraan penumpang. Kadang truk, container, dan pick up dicegat di tengah jalan untuk ditumpangi. Sering kali juga disusupi oknum pelaku kriminal untuk melakukan kejahatan dengan menyamar menjadi Bonek.

Insyallah, Tret Tet Tet ke depan akan kembali menjadi budaya Bonek ketika awayday. Kami datang dengan membawa penuh rasa kekeluargaan bukan dengan kejahatan dan kesalahan. Kita jaga nama besar Surabaya dan Persebaya,” kata Eri yang ikut Tret Tet Tet juga dengan mengendarai bus.

Sementara itu, Koordinator Green Nord Husen Gozali menyambut baik langkah Eri yang ikut mengkoordinir Bonek saat away menuju Kota Semarang.

”Terima kasih Pak Eri yang telah menyambut baik dan mengawal Bonek ke Semarang. Semoga tradisi Tret Tet Tet ini bisa hidup kembali dan semakin berkembang kedepannya,” tandasnya. (*)

BERITA LAINNYA