BAWA PIALA - Sejumlah pemain Persebaya era 1988 membawa piala kejuaraan perserikatan 1988 yang asli.

Piala 1988 Misterius

Persebaya Surabaya salah satu tim yang menjadi pelaku sejarah panjang dalam dunia sepak bola Indonesia. Bahkan, tim berjuluk Bajul Ijo itu telah meraih puluhan piala bergengsi di berbagai turnamen dan ajang kasta tertinggi di negeri ini.

 

PILIHAN piala yang berhasil diraih tim kebanggaan arek-arek Suroboyo itu dipajang di Wisma Persebaya di Jalan Karanggayam nomor 1, Tambaksari, Surabaya. Namun, di antara deretan piala tersebut, tak terlihat piala diraih pemain Persebaya saat menjuarai kejuaraan perserikatan pada 1988. Padahal, banyak kalangan menilai, piala itu paling berkesan.

Bagaimana tidak berkesan? Kala itu, Persebaya masuk fi nal tiga kali berturut-turut, yakni 1986-1987, 1987-1988 (juara) dan 1988-1990. Persebaya meraih juara satu kejuaraan perserikatan atau kejuaraan nasional (kejurnas) utama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 1988. Kesan lainnya, saat meraih piala tersebut, semua pemainnya jebolan kompetisi internal Persebaya. Namun, di manakah piala 1988 sekarang berada? Belum diketahui pula, apakah piala tersebut pernah disimpan di Wisma Persebaya atau tidak.

Senin (21/5), Surya mengunjungi Wisma Persebaya sebagai tempat piala-piala itu disimpan. Surya bersama pengurus wisma mencari piala tersebut. Namun, piala itu tidak ada di sana. Pengurus juga tidak memberikan keterangan jelas terkait keberadaan piala itu. Surya mencoba mengonfirmasi keberadaan trofi era perserikatan itu kepada para legenda yang ikut mengangkat piala saat memenangkannya.

Mereka juga tak dapat menjelaskan secara pasti keberadaan trofi tersebut. “Saya justru tidak tahu di mana piala itu sekarang. Mungkin di wisma (Wisma Persebaya, red). Dulu itu kita dapat medali. Untuk piala, saya tidak tahu,” tutur Nuryono Hariyadi, kapten Persebaya 1988 kepada Surya. 

Jawaban pemain belakang Persebaya 1988, Muharom Rusdiana sama dengan Nuryono. Muharom yang saat ini menjadi Pelatih Persebaya U-15 mengatakan, juga hanya menyimpan medali yang didapatkannya saat itu. "Saya kurang tahu. Kalau medali saya masih ada di rumah. Masa piala hilang? Tidak mungkin,” ujar Muharom.

Berbeda dengan dua rekan yang pernah tim, Seger Sutrisno. Seger yang juga gelandang Persebaya era itu menuturkan, piala tersebut tidak hilang, hanya sempat dibawa oleh salah satu pengurus tahun itu. “Tidak hilang, masih ada. Dulu itu setahu saya, banyak orang yang foto-foto pakai piala itu, lalu ketlisut (terselip, red) dibawa pengurus, tapi sudah dikembalikan, tidak sampai hilang,” beber Seger yang saat ini melatih U-17 Persebaya.

Lalu, dimanakah piala yang jadi saksi sejarah kejayaan Persebaya di era itu?

 

Enam Piala

BUKAN hanya para pemain yang mempertanyakan keberadaan piala tersebut, Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP), Yunanta Erwahyudi juga mempertanyakan. Yunanta mengaku, setiap berkunjung ke Wisma Persebaya tidak menjumpai keberadaan piala tersebut. Itu lantas membuatnya yakin, tidak hanya piala tahun 1988 dan 1978 saja yang tidak ada di wisma, piala 1951 dan 1952 juga tidak ada.

"Untuk trofi -trofi ini, menurut saya itu tidak dirawat. Saat itu mungkin dianggap belum penting oleh manajemen yang dulu, tidak tahu kalau sekarang,” kata Yunanta.

Dari puluhan piala yang diraih tim Persebaya di kasta tertinggi Indonesia, ada enam piala dinilai berkesan. Enam piala tersebut, antara lain, piala kejurnas PSSI 1951 dan 1952, kejurnas utama PSSI 1978 dan 1988, Liga Indonesia 1996-1997, serta Liga Indonesia 2004. Beberapa di antara piala itu diraih saat Persebaya ikut perserikatan.

Yunanta Erwahyudi menilai, piala terbaik yang diraih Persebaya dan paling berkesan adalah piala 1988. Saat itu Persebaya tercatat sebagai satu-satunya tim yang lolos ke babak final sebanyak tiga kali berturut-turut. Dari tiga kali masuk fi nal, Bajul Ijo meraih satu gelar juara. Sedangan dua kali final kalah dari PSIS Semarang pada 1987 dan Persib Bandung pada 1990.

Menurut Yunanta, skuat Persebaya pada 1951-1952 dinilai istimewa. Namun, generasi 1988 dianggap spesial karena Persebaya lolos ke final tiga kali berturut-turut. “Tidak ada tim yang mengukir sejarah seperti itu. Ini terjadi karena pondasi yang dibangun Persebaya saat itu sangat kuat,” katanya. Salah satunya Yunanta Erwahyudi Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP)(myu)

 

Naskah ini juga telah tayang di halaman khusus Persebaya Harian Surya, hari Selasa (22/5) dengan judul "Piala 1988 Misterius" 

BERITA LAINNYA