LEGENDA HIDUP - Beberapa pemain Persebaya era 1988 menjadi narasumber pada diskusi Mengenang Tiga Dekade Menjuarai Perserikatan. Antara lain, Seger Sutrisno (paling kanan), Yongki Kastanya (dua dari kanan), Maura Helly (tengah), Muharom Rusdiana (dua dari kiri). (Persebaya)

Mengenang Tiga Dekade Menjuarai Perserikatan (1988-2018)

SUDAH tiga dekade ini, Persebaya menjuarai kejuaraan Perserikatan. Manajemen Persebaya bersama para legenda hidup Persebaya, Pemerhati Sejarah Persebaya (PSP), bonek, dan bonita pun turut mengenangnya. Peringatan mengenang kejayaan tiga dekade lalu itu dikemas dengan diskusi di Kantor Persebaya yang ada di Surabaya Town Square (Sutos), Senin (21/5) malam. 

Para legenda yang hadir merupakan eks pemain yang sukses membawa Persebaya menjuarai kasta tertinggi sepak bola Indonesia 1988. Para legenda yang hadir, di antaranya, Muharom Rusdiana, Maura Helly, Yongki Kastanya, dan Seger Sutrisno. Kehadiran mereka sebagai saksi sejarah Bajul Ijo untuk mengajarkan sejarah kepada para pengurus Persebaya saat ini dan bonek.

Dalam diskusi itu, keempat legenda hidup Persebaya tersebut baru mengetahui piala kejuaraan perserikatan 1988 hilang. Mereka mengaku sudah lama tidak mengetahuinya. “Kami menggelar acara ini untuk mengingat tiga dekade Persebaya agar kami bisa merasakan semangat saat itu dan tertular ke tim yang sekarang,” papar Dhion Prasetya dari PSP.

Dalam diskusi itu, para narasumber membagikan cerita saat membela Persebaya masuk final tiga kali berturut-turut. Salah satunya meraih juara pada 1988. “Kalau bicara soal Persebaya, ceritanya luar biasa. (Waktu itu, red) Kita didampingi orang-orang hebat. Kami di dampingi pengurus yang paham dari teknis hingga nonteknis,” ujar Yongki Kastanya, gelandang Bajul Ijo era 1988.

Eks gelandang Bajul Ijo era 1988 lainnya, Seger Sutrisno menyoroti soal pemain yang digunakan Persebaya saat ini. Menurutnya, pemain jebolan klub internal Persebaya seharusnya mendominasi skuat inti. Itu seperti yang di terjadi pada Persebaya era sebelum-sebelumnya. Sehingga, ciri khas permainan Persebaya tetap ada dan selalu dipertahankan. “Dulu, Persebaya benar-benar menggunakan pemain murni putra daerah sendiri dan hasil pembinaan internal di Persebaya. Bisa dibilang bakat alam,” ucap Seger. 

Sementara itu, Manajemen Persebaya saat ini memiliki perhatian lebih untuk merawat memorabilia yang telah menjadi bukti dan saksi kebesaran Persebaya masa lalu. Dua piala bergengsi yang diraih Persebaya pada era Liga Indonesia, yakni Liga Kansas (1996-1997) dan Liga Bank Mandiri (2004), kini terpajang rapi di kantor marketing Persebaya di Sutos. (myu)

 

Naskah ini juga telah tayang di halaman khusus Persebaya Harian Surya, hari Selasa (22/5) dengan judul "Mengenang Tiga Dekade Menjuarai Perserikatan (1988-2018)" 

BERITA LAINNYA