Para pemain berdoa bersama untuk memperingati 18 tahun meninggalnya almarhum Eri Erianto (Persebaya)
Mengenang 18 Tahun Meninggalnya Eri Erianto

Dua Menit Untuk Sang Legenda, Sepak Bola Indonesia Pun Sempat Berduka

 

ADA yang istimewa dalam program latihan pagi penggawa Persebaya Surabaya di Lapangan Polda, Jatim, pagi tadi (3/4). Ya, dibawah pimpinan langsung sang manajer, Chairul Basalamah, semua pemain dikumpulkan ke tengah lapangan dalam posisi berdiri berbentuk lingkaran. Chairul lantas menginstruksikan kepada semua pemain untuk sama sama memanjatkan doa kepada Eri Erianto, legenda Persebaya. "Kita sama - sama mengheningkan cipta, karena hari ini, tepatnya 18 tahun lalu, legendanya Persebaya almarhum Eri Erianto meninggal dunia. Mari kita sama sama memanjatkan doa bagi almarhum," kata Chairul sembari mempersilakan sang kapten Persebaya, Rendi Irwan memimpin doa tersebut.

"Mari kita semua berdoa untuk Almarhum, agar segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah," sambut Rendi.  Suasana latihan menjadi hening, dan para pemain serius memanjatkan doa. Penggawa Persebaya yang beragama muslim terlihat membuka kedua tangan dengan kepala merunduk. Sebaliknya, mereka yang beragama Kristen, mengambil sikap doa sementara yang Katolik membentuk tanda salip di dada. Doa bersama yang berlangsung selama dua menit itu terlihat sangat khidmat, untuk sang legenda, Eri Erianto. 

Memang, 3 April 2000 lalu adalah hari kepergian Eri meninggalkan kita untuk selama lamanya. Kendati sudah lama, kenangan bersama Eri masih melekat di publik sepak bola Surabaya. "Eri adalah legenda. Yang paling saya ingat adalah tendangan gledeknya. Waktu itu saya masih jadi bonek dan sering nonton beliau. Sekarang pun saya menjadikan beliau sebagai panutan,” tutur Rendi.


Eri pergi setelah membela Green Force menjamu PSIM Yogyakarta dalam lanjutan Liga Indonesia di Stadion Gelora 10 November, Surabaya. Pemain yang ketika itu berusia 26 tahun itu, meninggal setelah gagal jantung, akibat mengalami benturan keras dengan pemain asing tim lawan. Sebagai penghargaan bagi semua jasa Eri, manajemen Persebaya langsung mengabadikan nomor 19, nomor punggung yang sering digunakan oleh Eri setiap kali bermain.

Mantan striker Persebaya, Kurniawan Dwi Yulianto mengungkapkan, kepergian Eri tersebut tidak hanya menjadi duka bagi publik sepak bola Surabaya, melainkan sepak bola tanah air. "Saya waktu itu membela PSM Makasar, dan kami mendengar kabar itu malam hari. Saya ingat, waktu itu, semua klub menggunakan pita hitam saat bertanding. Sepak bola Indonesia berduka merasa kehilangan, karena Eri Erianto waktu itu salah satu pilar di Timnas," kata Kurniawan. (*)

 

BERITA LAINNYA