RINDU DUEL KLASIK: Manajer Persebaya Chairul Basalamah (kiri) saat bersama pemain mengintari Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya memberikan penghormatan kepada Bonek 18 Januari lalu. Duel dengan Arema akan menjadi momentum kebangkitan kedua tim di era baru. (Satrio Wicaksono for Persebaya)

Manajer Persebaya Penasaran Lawan Arema

SUDAH lama duel klasik antara Persebaya Surabaya dan Arema FC tidak lagi tersaji. Dua tim legendaris asal Jawa Timur itu terakhir bersua lima tahun lalu. Tepatnya pada laga lanjutan Indonesia Premier League (IPL) di Stadion Gajayana Malang, 23 Juni 2013. Ketika itu, Green Force -- julukan Persebaya -- kalah dengan skor tipis 1-2.

 

Nah, karena sudah lama pertemuan kedua tim tersebut tidak pernah berlangsung, maka secara otomatis mengundang rasa rindu dari banyak pecinta sepak bola tanah air. Manajer Persebaya, Chairul Basalamah adalah salah satu yang tidak luput dari rasa kangen itu. "Saya sendiri juga penasaran bagaimana atmosfer pertandingan bila Persebaya dan Arema saling bersua," kata Chairul.

 

Pria jebolan Universitas Surabaya itu sejatinya berharap pertemuan kedua tim tersebut bisa berlangsung di Piala Presiden 2018. Sayang, harapan itu buyar lantaran Persebaya dan Arema sama sama kandas di babak 8 besar. Seperti melipat waktu, harapan sang manajer itu berpotensi terwujud sebelum Liga 1 bergulir.

 

Ya, momentum itu bisa saja terjadi di Piala Gubernur Kaltim (Kalimantan Timur) di mana Persebaya dan Arema sama - sama berpartisipasi di sana. Hanya saja, ada syarat yang harus dilalui oleh kedua tim, yaitu harus berusaha keras untuk lolos dari fase grup. Di turnamen itu, Persebaya berada di grup B bersama Persiba Balikpapan, Madura United dan Sriwijaya FC.

 

Sementara Arema tergabung di grup A bersama Borneo Football Club, Mitra Kutai Kartanegara dan Bali United. Chairul menambahkan, pertemuan Persebaya dan Arema nanti akan menjadi momentum kebangkitan kedua tim di era baru. Di mana, lanjut dia, rivalitas antara kedua tim sudah berada di level berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu.

 

"Terutama persaingan antara suporter di atas tribun saat memberikan dukungan kepada tim kebanggaan mereka. Semua pasti sudah naik level, selain tim di lapangan yang harus memberikan penampilan apik, para suporter juga akan berlomba lomba menunjukan kreativitas terbaik mereka di atas tribun, tanpa nyanyian rasis dan kebencian. Kalau semua itu terjadi, maka era baru sepak bola tanah air itu sudah tiba," harapnya. (*)


BERITA LAINNYA