Pelatih Persebaya memberi arahan kepada Rendi Irwan dalam laga Persebaya vs PSIS di Stadion Gelora Bung Tomo, kemarin (8/12) sore. (Satriowcs for Persebaya)
Catatan Persebaya

Manisnya Tuhan Menjawab Doa ‘Maling Gorengan'

 

Oleh Ram Surahman

Berterimakasihlah kita pada ilmuwan muslim yang bernama Muḥammad bin Musa al-Khawarizmi. Berkat dia, masyarakat dunia mengenal angka dan matematika. Ilmuwan kelahiran Khva Uzbekistan inilah yang menemukan angka nol. Penemuan fenomenal yang memecah kebuntuan dalam ilmu hitung. Coba bayangkan, bila tak ada angka nol. Mau jadi angka satu sampai sembilan? Tiada arti dan tak berbunyi.

Menghitung jumlah penonton yang menyaksikan laga Persebaya vs PSIS di Stadion GBT, Sabtu (8/12/2018), pasti tak akan bisa. Coba, bagaimana bisa disebut 50.000 orang, bila tak ada angka nol di sana?

Angka memang jujur. Tak bisa bohong. Semua disampaikan apa adanya. Tak ditutup-tutupi. Siapa pun bisa saja merekayasa sedemikian rupa. Menyebut sebagai supporter terbaik, misalnya. Citra ditebar. Media ditekan. Untuk apa? Ya, supaya mengamini klaim terbaik ini. Tetapi di depan angka, semua kebohongan itu rontok semua. Karena angka yang bicara. 

Karenanya, Bonek tak pernah tertarik dalam urusan citra. Mengklaim sana-sini, sebagai yang terbaik ataupun yang ter-ter-ter lainnya. Cap gembel, maling gorengan, dan sebutan miring lainnya, ditanggapi dengan senyum saja. Dijawab dengan kerja nyata tanpa banyak bicara kemana-mana.

Kerja kebaikan memang tak perlu diumbar. Niati tulus, jalankan dengan iklhas, dan selanjutnya biar tangan-tangan Tuhan yang meneruskan. Perkara di mata manusia masih juga disalah-salahkan, ya, biarkan saja. Gak ngurus!

Dan, musim ini Bonek memetik hasil manis dari ketidakngurusan ini. Doa-doa dan kerja kebaikan yang dilakukan di ruang sunyi, dijawab Tuhan lewat angka-angka. 

Bonek yang disebut sinis dengan gembel dan maling gorengan mampu memenuhi stadion dengan capaian fantastis. Sepanjang musim ini tidak kurang 500 ribu Bonek yang memadati GBT. Tidak gratis. Mereka harus merogoh kocek Rp 50 ribu di kelas termurah (fans) dan Rp 250 ribu buat superfans. Kendati belum ada pengumuman resmi dari PT LIB selaku operator kompetisi, namun bisa dipastikan jumlah penonton Persebaya terbanyak di musim ini. Istimewa.

Raihan tim media Persebaya juga tak kalah istimewa. Youtube official Persebaya masuk dalam 20 besar klub dunia yang paling banyak ditonton sepanjang bulan November. Bersanding dengan Barcelona, Manchester United, Liverpool, Real Madrid, Juventus dan klub-klub top lainnya. Jumlah view akun YouTube official Persebaya tercatat 2,25 juta, mengalahkan AC Milan, AS Roma, dan tim besar Eropa lain.

Butuh keberanian dan kelapangan hati melihat angka-angka yang tersaji. Bagi mereka yang sesat pikir, menganggap Bonek suporter hina, pasti tak akan terima. Penolakan akan dilakukan secara serampangan dan emosional.

Kenapa? Karena mereka tak miliki keberanian mengakui kenyataan.  Hatinya tertutup. Kebesaran ataupun kebenaran telah dikunci menjadi miliknya. Bahwa hanya mereka yang merasa paling besar, paling baik dan paling benar. Tinggal tunggu waktu. Kesombongan yang akan menenggelamkan.

Tanpa disadari, siapa pun bisa terpeleset dengan penyakit hati ini. Nyalinya besar tapi jiwanya kerdil. Kesombongan doang yang dikedepankan. Lebih mengedepankan emosional daripada rasional. 

Dan, itupula ujian yang akan dihadapi Bonek dan Persebaya dalam beberapa hari ke depan. Menyikapi wacana pemulangan Andik Vermansyah dkk. Yakin seyakin-yakinnya, siapa pun pasti tak akan menolak bila Andik, Evan, Hansamu dan Taufik kembali berbaju Persebaya musim depan. Pilihannya, tinggal bingkai mana yang dipakai untuk operasi pemulangan itu. Hanya sebatas emosional atau dibarengi dengan rasionalitas.

Berpikir emosional paling gampang. Hanya bermodal pikiran dangkal dan sikap personal yang cengkal. Tahun ini harus juara. Tahun ini Andik, Evan, Hansamu harus kembali. Dan sederet tuntutan lainnya yang diawali dengan kata POKOKNYA. Sulit menerima pendapat luar.

Tak ada yang salah dengan pikiran seperti ini. Manusiawi. Bukankah Tuhan menanamkan setiap emosi disetiap dada manusia? Hanya, bahaya bila berhenti sampai di sini. Apalagi sampai menumpulkan akal sehat hanya demi memenuhi syahwat emosi, ambisi dan gengsi. Percayalah. Berpikir seperti ini hanya akan mengantar pada jurang kehancuran.

Tilik saja. Dulu, apa jadinya bila julukan gembel, maling gorengan ditanggapi dengan emosi? Pasti, musim ini kita tak akan merengkuh manisnya perjalanan kompetisi. Pelan pelan tapi Party, begitu ciutan Cak Soelaiman Kapal Api.

Karena itu, jangan mau terperangkap jebakan penyakit hati ini. Mari terus berpikir jernih dan obyktif menyambut persiapan kompetisi nanti. WANI! (ram)

 

 

 

BERITA LAINNYA