Tias Noradiyatul, meluapkan kerinduannya kepada Persebaya sembari menyemangati masyarakat lewat unggahan fotonya saat memakai APD serta memegang kertas tulisan. Foto tersebut diambil pada rabu malam saat dirinya bertugas di RS Pertamina Jaya, Jakarta. (*)
Tias Noradiyatul, Bonita yang Juga Garda Terdepan Melawan Covid-19

Kangen Tribun, Kangen Surabaya Tias Semangati Diri Sendiri dan Masyarakat

Sudah hampir tiga bulan tidak ada sepak bola di Indonesia. Semua dikarenakan pandemi Covid-19. Rasa rindu mendukung Persebaya berlaga sudah pasti tak terelakkan, tidak terkecuali bagi Tias Noradiyatul.

Di sela kesibukannya menjadi garda terdepan penanggulangan Covid-19, Tias tidak bisa membendung kerinduannya mendukung Bajol Ijo. Perasaan itu akhirnya ia tumpahkan pada Rabu malam kemarin.

Tias mengunggah foto dirinya yang masih menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dengan memegang secarik kertas bertuliskan "Cok Vid Sementara, Persebaya Selamanya, Salam Satu Nyali Wani!". Unggahan perawat kelahiran Surabaya itu lantas mendapatkan banyak dukungan dari warganet.

"Awalnya saya sebatas kangen tribun, kangen Persebaya, kangen semua hal yang ada di Surabaya, lalu salah satu teman di komunitas Bonek Campus minta saya bikin tulisan, jadi saya bikin tulisan tersebut," ungkap Tias.

Perawat yang bertugas di RS Pertamina Jaya, Jakarta ini mengaku sudah lama menjadi Bonita. Dirinya juga sering menonton langsung Persebaya berlaga. Baik saat bermain di kandang maupun tandang. Terakhir dirinya merasakan atmosfer tribun GBT adalah musim 2019. Saat sebelum dirinya ditugaskan di Jakarta. Pilihannya untuk "berjihad" ke ibu kota dua bulan lalu sempat ditolak oleh orangtuanya, meski akhirnya restu dan dukungan orang tua mengiringinya berangkat bertugas.

 

 

"Jujur, orang tua saya sebenarnya tidak memperbolehkan saya ke luar kota, namun saat saya ijin untuk merawat pasien Covid-19, Alhamdulillah mereka merestui pilihan saya dan memberikan dukungan penuh hingga saat ini" terangnya.

Tias memilih Jakarta sebagai "medan perang" karena pada saat itu Ibu Kota Indonesia tersebut menjadi episentrum virus asal Cina ini. Namun saat mengetahui Jatim kini menjadi pusat baru dari penyebaran Covid-19, membuat dirinya sedih.

"Padahal dulu niat saya datang ke sini karena di sini pusatnya, butuh banyak tenaga medis, lah kok sekarang malah Surabaya dan Jatim lebih parah, bikin saya makin kangen dan sedih," Kata Tias.

Setiap hari berinteraksi dengan pasien positif Covid-19 membuat ruang gerak Tias terbatas. Segala kegiatannya dilakukan di area rumah sakit dan hotel tempatnya menginap. Dirinya meminimalisir bertemu dengan orang lain untuk mencegah penyebaran virus.

"Di sini pengawasannya ketat, meski yang rumahnya Jakarta juga gak boleh pulang, Alhamdulillah meski sudah merawat ratusan pasien positif, hasil tes swab saya per tanggal 17 kemarin negatif," ujarnya.

Lulusan Poltekkes Kemenkes Surabaya ini meminta masyarakat khususnya Bonek Bonita untuk mematuhi protokol kesehatan. Tias mengatakan sebenarnya dirinya juga merasakan hal yang sama yang dirasakan seluruh masyarakat Indonesia. Dirinya mengaku terkadang juga kelelahan, dan rindu orang tua maupun kampung halaman. Namun segala perasaan pribadi tersebut harus ditekan demi terhentinya pandemi ini.

"Jujur, saya sempat menangis, jangankan membayangkan lebaran tanpa keluarga di hotel, kemarin saat puasa pertama juga nangis, karena saya belum pernah jauh dari orang tua," tutur Tias. "Saya juga pengen pulang, tapi saya harus mengesampingkan perasaan pribadi saya, semoga wabah ini segera selesai," pungkasnya. (*)

BERITA LAINNYA