Susunan pemain Persebaya saat menjamu Madura United yang kemarin (10/8) di Stadion Gelora Bung Tomo yang berakhir dengan kedudukan 2-2 (Persebaya)
Rek, Sembelih Rasa Takutmu!

Jangan Takut Main di Malang!

Oleh :Ram Surahman

Rek, tak enakkan. Bagaimana rasanya gagal menang di kandang? Tak hanya makian yang didengar. Perjalanan pulang kalian dari stadion juga ikutan terhadang.

Bisa jadi, semua itu membuat kalian tak nyaman. Bahkan, jika darahmu sudah benar-benar hijau, lihat makanan pun jadi tak nafsu. Tak enak semua. Bawaannya emosi melulu.

Tapi sudahlah. Jangan terus diratapi. Atau pun diambil hati. Percayalah, apa yang dilakukan kawan-kawan suporter ini, semata ekpresi kecintaan pada klub kebanggaan ini. Sama sekali tak ada niatan untuk menyakiti. Apalagi membenci.

Bukankah, kalian semua, yang berkostum Persebaya, selalu dipuja-puji sebagai pahlawan kebanggaan seperti yang ada di lirik Song For Pride itu? Mana mungkin, para pemujamu, akan mencelakaimu?

Rek, sudah jangan lagi terlalu lama tengok ke belakang. Jangan terlalu larut dalam kegagalan. Mari, kembali menata kekuatan, menyambut derby Jatim di Malang, Kamis (15/8). Sudah baca kan, spanduk besar yang dibentangkan teman teman Bonek usai pertandingan kontra Madura United? JANGAN TAKUT MAIN DI MALANG!

Rek, maknai kata demi kata di atas dengan penuh penghayatan. Resapi. Tanamkan spiritnya di relung hati terdalam. Biar nanti meledak, menjadi energi besar meladeni dan membungkam perlawanan Arema FC di Kanjuruhan.
Bisa? Harus bisa!

Jumlah pemain mereka sama dengan kita. Teknis, kita juga tak kalah. Satu-satunya, keunggulan mereka hanya kehadiran pemain ke-12 di tribun lapangan.

Caci maki, dan sederet teror pasti akan kalian hadapi. Tak hanya 90 menit, bahkan bisa lebih dari itu. Seperti saat ini, psywar di lini masa sudah mulai membanjiri.

Tiba-tiba muncul ancaman agar hotel-hotel di kota Malang tidak menerima rombongan Persebaya menginap di sana. Walah, sampai segitunya.

Tentu, para pecundang yang membuat ancaman itu, berharap kalian ciut nyali. Kalah sebelum bertanding. Ho ho ho. No. Jika itu yang dimau, mereka jelas pilih salah lawan. Kota ini dibangun dari tetesan darah pejuang kemerdekaan. Pantang kalah sebelum mencoba. Wani thok! Itulah karakter arek-arek Suroboyo.

Jika hanya karena gertakan sudah kalah, pasti kota ini tak mengenal sosok yang bernama Bung Tomo, Cak Dul Pranowo, Moestopo, Soengkono, HR Muhammad dan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Semboyan kuat yang terpatri di dada mereka. Berani, Merdeka ataoe Mati!

Sebelum ini, spirit heroik itu pula yang menginspirasi jalan perjuangan pengembalian Persebaya ke pentas kompetisi sepakbola di negeri ini. Lima tahun dimatikan secara paksa. Dibuatkan klub tandingan. Diselipin beragam ancaman dan iming-iming uang. Toh, semua tak membuat berpaling hati. Semua di lawan dengan penuh keberanian. Semboyannya; Yakini Kebenarannya, Perjuangkan Selamanya.

Rek, spirit itu pula yang harus kalian bawa menyambut pertandingan nanti. Berangkat dengan penuh percaya diri. Hadapi dengan senyuman setiap psywar ataupun teror yang mungkin kalian hadapi. Senyumin saja.

Sembari itu, Persiapkan diri sebaik mungkin. Fokus dan beri yang terbaik sepanjang 90 menit di lapangan. Tampil ngeyel, ngosek, dan pantang menyerah.

Soal hasil akhir? Mari kita lihat suratan takdir nanti. Yang terpenting, kalian sudah berupaya, mengeluarkan semua kemampuan terbaik, laksana pertarungan Suro dan Boyo seperti lambang yang ada di dada kalian.

Menang, seri atapun kalah, itu hanyalah istilah saja. Terpenting, proses menuju ke sana. Jika proses itu dihelat dengan kesungguhan dan kerja keras, insya allah hasil akhir akan mengikuti. Hasil tak akan mengkhianati proses, begitu pesan yang selalu diingatkan Presiden Persebaya, Azrul Ananda. Karena itu, jadikan lapangan Kanjuruhan nanti sebagai panggung pembuktian.

Berabad lalu, laku kepasrahan ini telah diajarkan oleh dua manusia terbaik di muka bumi ini: Ibrahim dan Ismail. Keduanya, seperti dituliskan di kitab-kita langit, menjadi teladan bagi umat manusia akan arti kesabaran dan kepasrahan. Bersabar dan melawan dengan sungguh-sungguh setiap tantangan yang dihadapi. Sembari itu, menunjukkan kepasrahan level dewa saat ujian perintah penyembelihan itu tiba.

Begitulah nanti. Sembelih urat takutmu. Jangan takut main di Malang!
Bikin Bangga Kota Pahlawan
WANI!

 (*)Tulisan adalah opini penulis

 

BERITA LAINNYA