Asisten pelatih Persebaya Bejo Sugiantoro (kiri) saat menyaksikan pertandingan pembukaan Kompetisi Kapal Api Persebaya (KKAP) 2019 tampak berbincang dengan salah satu orang tua pemain klub internal di Lapangan Persebaya, Karanggayam sore tadi (16/3). (Persebaya)
Kompetisi Internal Persebaya, Tak Lekang Oleh Waktu

Nonton KKAP, Bejo Terkenang Masa Lalu

 Asisten pelatih Persebaya Bejo Sugiantoro tampak begitu antusias menyaksikan pertandingan kompetisi amatir sore tadi (16/3). Dia langsung terkenang memori manis saat masih merumput di Karanggayam. Lapangan Persebaya.

Bejo bukan kacang yang lupa akan kulitnya. Sebagai bentuk rasa cintanya, Bejo selalu menyempatkan waktu untuk menyaksikan klub-klub internal berkiprah di Kompetisi Kapal Api Persebaya (KKAP). Termasuk musim 2019 yang dimulai hari ini.

Stopper tangguh era 1990-an itu menonton dua pertandingan pembukaan KKAP. Yang mempertandingkan kompetisi kelompok umur (KU) 15 dan senior. Keduanya mempertemukan partai Bintang Timur melawan Anak Bangsa.

Dengan ditemani istri dan anak keduanya, matanya seolah tak ingin ketinggalan menyaksikan aksi pemain-pemain usia muda begitu duduk di tribun selatan Lapangan Persebaya. “Kalau ada waktu saya sering nonton kompetisi internal. Dulu di lapangan, sekarang hanya melihat di tribun penonton,” kata Bejo.

Menyaksikan pemain-pemain muda bertanding membuat Bejo terkenang akan memori lama ketika masih merumput di Karanggayam. Dia mengasah skill-nya bersama Indonesia Muda. “Kalau mereka main, kadang kaki ini suka gatal. Ingin ikut bermain juga. Kalau sekarang memang bisa sambil latihan di tim senior (Persebaya),” tutur Bejo sembari tertawa.

“Dulu dengan sekarang, kompetisinya tidak terlalu jauh berbeda. Ada dua pertandingan juga, cadangan utama dengan (tim) inti. Saya sempat main yang lebih panas karena tidak main di tim inti. Main duluan yang jam siang. Tetapi sekarang dirubah, karena ada Elite Pro Academy,” kenang ayah dari bek timnas Indonesia, Rachmat Irianto, itu.

Bejo menceritakan dulu dia pernah digembleng begitu keras. Diantaranya lari keliling dengan total tempuh 10 km di Lapangan Olahraga Thor. “Kalau saya rasa, latihan dulu lebih keras ketimbang masa sekarang. Bayangkan, mulai jam 13, pas panas-panase Suroboyo lari 10 kali di Lapangan Thor. Dengan batasan waktu lagi,” kenangnya.

Dia pun sadar jika sepak bola sudah berkembang jauh ketimbang eranya dahulu. Karena itu Bejo tak sungkan untuk terus belajar dan berdiskusi dengan pelatih-pelatih klub internal Persebaya. “Muaranya kan satu. Untuk Persebaya. Perlu ada sinkronisasi taktikal dan skema main antara amatir, KU dengan Persebaya (senior),” ungkapnya.

Sembari berbincang dengan anggota bidang Pembinaan Komisi Usia Muda Amatir Persebaya, Mariyono, Bejo tampak malu-malu ketika ditanya siapa yang akan jadi kampiun. Pelatih berusia 41 tahun itu memilih untuk tidak membuat prediksi.

“Semua tim sama-sama tangguh. Saya tidak mudah untuk mengatakan apakah bisa berpihak ke satu tim,” kata Bejo. “Tetapi dari lubuk hati terdalam, ya saya berharap Indonesia Muda bisa kembali menjadi juara,” tutupnya. (*)

 

 

BERITA LAINNYA