Muhammad Supriadi bersiap jelang melakoni laga melawan Persis Solo di Stadion Gelora Bung Tomo, 11 Januari lalu. Supri ternyata ingin merasakan tinggal di Wisma Persebaya, Jl. Karanggayam No. 1. (Persebaya)

Ketika Supri Ingin Merasakan Tinggal di Wisma Persebaya

Dulu, pemain-pemain Persebaya menginap di Wisma Persebaya. Sekelas Aji Santoso, Mat Halil, Bejo Sugiantoro, sampai Kurniawan Dwi Julianto tinggal di bangunan yang ada di Jl. Karanggayam No. 1 itu. Padahal, ketika itu, mereka sudah berlabel pemain timnas.

Saat Persebaya kembali ke kancah sepak bola tanah air pada 2017, sejumlah pemain muda Persebaya sempat menginap di sana. Di antaranya Irfan Jaya. Juga Miswar Saputra yang kini hijrah ke PSM Makassar. Mereka lalu pindah ke apartemen yang menjadi tempat tinggal seluruh penggawa Green Force.

Namun, sengketa kepemilikan membuat Persebaya tidak bisa lagi beraktivitas di Wisma Persebaya. Pun demikian halnya dengan Lapangan Persebaya yang tepat berada di belakang bangunan bersejarah itu. Kompetisi internal Persebaya yang biasanya diselenggarakan di sana pun harus terusir ke Sidoarjo. Kompetisi internal sendiri saat ini terhenti karena pandemi virus Corona.

Kisah tentang heroisme Wisma Persebaya menggetarkan hati Muhammad Supriadi. Pemain yang mengantarkan Persebaya juara Elite Pro Academy U-20 2019 itu ingin merasakan tinggal di sana. Seperti halnya yang dilakukan pemain-pemain muda Persebaya dulu.

”Kalau bermain di Lapangan Persebaya saya sudah sering. Namun, belum pernah kalau menginap di Wisma Persebaya,” kata Supri.

Menurut pemain kelahiran 23 Mei 2002 itu, Maesa dan Semut Hitam adalah klub internal Persebaya yang pernah dia bela. Momen itu menjadi salah satu bagian penting dalam karir sepak bola Supri sehingga bisa menjadi bagian dari tim Persebaya.

Supri banyak mendengar tentang Wisma Persebaya dari rekan-rekannya. Termasuk Koko Ari Araya dan Rizky Ridho yang sama-sama satu angkatan dengan dia di tim U-20. ”Katanya ada horor-horornya gitu. Tapi, saya dengar dulu harus menginap di Wisma Persebaya lebih dulu untuk mengakrabkan diri,” papar Supri.

Persebaya tidak bisa beraktivitas di Wisma dan Lapangan Persebaya karena sengketa kepemilikan dengan Pemkot Surabaya berlanjut ke Pengadilan Tinggi. Pada pengadilan tingkat pertama, Persebaya memenangkan gugatan. Pemkot disebut secara hukum tidak memiliki hak atas obyek bersejarah itu. Sebaliknya, Persebaya diprioritaskan untuk mengajukan hak pakai.

Supri berharap permasalahan tersebut segera selesai. ”Lapangan itu sangat bermanfaat sekali bagi arek-arek Suroboyo. Ada kompetisi internal yang bisa menambah jam terbang pemain muda. Semoga saja lekas bisa kembali digunakan,” harapnya. (*)

BERITA LAINNYA